Kamis, 19 Mei 2011

TUGU JOGJA


Berkunjung ke Jogja rasanya tidak lengkap bila kita belum mampir ke sebuah bangunan tegak yang berdiri kokoh setinggi 15m. Itulah sebuah Tugu Joga yang berfungsi sebagai tetenger/tanda atau sebuah simbul sebuah kota. Tugu Jogja berdiri di tengah-tengah perempatan yaitu antara Jalan P. Diponegoro menuju Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan P. Mangkubumi menuju Jalan AM. Sangaji.  Bagi yang masih awam akan kota Jogja, bangunan Tugu tersebut berada di sebelah utara Malioboro yang menjadi icon Jogja tersebut.
Tugu Jogja merupakan peninggalan Sultan Hamengku Buwana I. Fungsi Tugu tersebut pada masa itu yaitu untuk memperingati rasa kebersamaan antara raja dengan rakyatnya yang bersatu padu melawan penjajah yaitu Belanda sehingga Raja dan rakyat berhasil mendapatkan tanah Mataram.
Pada awal mula berdiri, Tugu Jogja saat itu tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga waktu itu disebut Golong Gilig. Yang secara rinci bangunan tugu tersebut berbentuk tiang silinder  yang mengerucut ke atas. Bagian dasarnya yaitu berupa pagar yang melingkar  dan bagian puncaknya berbentuk bulat.  Pada awalnya bangunan Tugu tersebut mencapai ketinggian 25 meter.
Dilihat pada masa sekarang Tugu tersebut sudah sangat jauh berbeda dengan masa itu. Tugu tersebut sudah mengalami renovasi. Hal ini dikarenakan pada tahun 1867 di kota Jogja terjadi gempa yang sangat dahsyat sehingga Tugu tersebut runtuh. Oleh Belanda, bangunan tugu tersebut di renovasi dan dirombak sehingga mengalami perubahan dalam bentuknya. Tugu dibuat dalam bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi tersebut. Bagian puncak tidak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggian tugu juga mengalami perubahan yaitu hanya 15 meter. Yang pada awalnya dengan ketinggian 25 meter. 
Bila anda ingin mengunjungi Tugu tersebut sangat indah apabila di malam hari. Pada malam hari Tugu terlihat sangat cantik karena disinari oleh lampu-lampu yang indah. Apabila anda ingin memandang sepuasnya sambil mengenang filosofi akan sejarah berdirinya Tugu tersebut, pada pagi hari sangatlah tepat. Datanglah sekitar pukul 05.00, saat itu udara masih sangat segar dan belum banyak kendaraan yang lalu-lalang.
Karena sangat  identiknya Tugu tersebut dengan Jogja, membuat para mahasiswa yang berasal dari luar Jogja mengungkapkan dan meluapkan rasa senangnya karena  telah lulus kuliah yaitu mereka memeluk dan mencium Tugu tersebut. Mereka mengungkapkan rasa sayangnya akan kota yang akan segera ditinggalkan dan juga mereka berjanji bahwa suatu saat nanti dia akan kembali untuk mengunjungi kota Jogja ini.
Itulah sedikit cerita tentang TUGU JOGJA, yang diambil dari berbagai sumber.

Kamis, 10 Maret 2011

DiSInilah AKu SEkarang


Bermula adalah sebuah keinginan yang menggebu-gebu bagaimana untuk bisa tinggal di sebuah kota yang katanya nyaman, tentram, dan kota yang penuh dengan kedamaian. Dari cerita-cerita teman dan handai taulan memang kota tersebut nyaman untuk hidup disana. Harapan demi harapan yang sudah bertahun-tahun hanya sebuah angan-angan,  ternyata saat ini telah menjadi sebuah kenyataan. Aku bisa tinggal, bekerja, dan memberikan pendidikan untuk anak-anakku di kota tersebut. Yaitu YOGYAKARTA aku tinggal sekarang.
Berbeda jauh dengan apa yang pernah aku tinggal di kota sebelumnya. Memang kenyamanan, ketenteraman dan kedamaian saat ini sepertinya telah aku temukan. Bukan berarti kota sebelumnya tidak seindah kota yang sekarang aku tinggali. Kota yang dulu, aku pernah  tinggal selama ± 20 tahun juga sangat indah bahkan jauh-jauh lebih indah. Hanya sekarang atmosfir kota YOGYAKARTA sangat amat berbeda dan memang sangat berbeda. Jadi ingat lagunya Kla Project, kurang lebih liriknya “Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna...... Terhanyut aku akan nostalgia... Saat kita sering luangkan waktu.... Nikmati bersama... Suasana Jogja..